Makalah Hakikat Manusia Dalam Islam

Posted: Mei 23, 2014 in Uncategorized

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berbicara tentang manusia maka yang tergambar dalam fikiran adalah berbagai macam perspektif, ada yang mengatakan manusia adalah hewan rasional (animal rasional) dan pendapat ini dinyakini oleh para filosof. Pemikiran tentang hakikat manusia sejak zaman dahulu kala sampai sekarang belum juga berakhir dan memiliki kemungkinan hal tersebut tidak akan pernah berakhir. Pada kenyataannya, orang menyelidiki manusia itu dari berbagai sudut pandang. Banyak yang menyelidiki manusia dari segi fisik yaitu antropologi fisik, adapula yang menyelidiki dengan sudut pandang budaya yaitu antropologi budaya, sedangkan yang menyelidiki manusia dari sisi hakikatnya disebut antropologi filsafat. Memikirkan dan membicarakan hakikat manusia inilah yang menyebabkan orang tak henti-hentinya berusaha mencari jawaban yang memuaskan tentang pertanyaan yang mendasar tentang manusia itu sendiri, yaitu apa dari mana dan mau kemana manusia itu. Manusia dalam perkembangannya dipengaruhi lingkungan dan pembawaan dari orang tua mereka.
Al-Qur’an memberi keterangan tentang manusia dari banyak seginya, untuk menjawab pertanyaan siapakan manusia itu?. Dari ayat-ayat Qur’an tersebut, dapat disimpulkan bahwa manusia adalah makhluk fungsional yang bertanggungjawab. Pada surat al-Mu’minun ayat 115 Allah bertanya kepada manusia sebagai berikut : “Apakah kamu mengira bahwa kami menciptakan kamu sia-sia, dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?”.
Dari ayat ini, menurut Ahmad Azhar Basyir, terdapat tiga penegasan Allah yaitu [1] Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan, [2] Manusia diciptakan tidak sia-sia, tetapi berfungsi, dan [3] Manusia akhirnya akan dikembalikan kepada Tuhan, untuk mempertanggungjawabkan semua perbuatan yang dilakukan pada waktu hidup di dunia ini, dan perbuatan itu tidak lain adalah relisasi daripada fungsi manusia itu sendiri.[1] Berdasarkan fakta dan paparan tersebut, maka diperlukan adanya suatu pemahaman lebih lanjut tentang hakekat manusia menurut Islam.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, rumusan masalah yang didapat adalah sebagai berikut :
a. Apa Pengertian hakikat?
b. Bagaimana Konsep Manusia menurut Teori dan Islam?
c. Apa tujuan penciptaan manusia?
d. Bagaimana fungsi dan peranan manusia?
e. Bagaimana Tanggungjawab Manusia sebagai Hamba dan Khalifah Allah?

C. Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan penulis dalam menyusun makalah ini tiada lain adalah sebagai berikut :
a. Mengetahui pengertian hakikat.
b. Mengetahui Konsep manusia dalam konteks Islam.
c. Mengetahui tujuan dan penciptaan manusia.
d. Mengetahui fungsi dan peranan manusia.
e. Mengetahui seberapa besar Tanggungjawab kita (manusia) sebagai Hamba dan Khalifah Allah.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hakikat
Hakikat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia di artikan inti sari atau dasar juga diartikan kenyataan yang sebenarnya (sesungguhnya). Hakikat juga bisa dikatakan inti dari segala sesuatu.atau yang menjadi jiwa sesuatu. Di kalangan tasawuf orang mencari hakikat diri manusia yang sebenarnya karena itu muncul kata-kata diri mencari sebenar-benarnya. Jadi Sama halnya dengan pengertian dalam mencari suatu hakikat roh, nyawa dan lain-lain.

B. Konsep Manusia
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ‘manusia’ diartikan sebagai ‘makhluk yang berakal budi (mampu menguasai makhluk lain); insan; orang’ (1989:558). Menurut pengertian ini manusia adalah makhluk Tuhan yang diberi potensi akal dan budi, nalar dan moral untuk dapat menguasai makhluk lainnya demi kemakmuran dan kemaslahatannya. Sedangkan dalam bahasa Arab, kata ‘manusia’ ini bersepadan dengan kata-kata al-nas, basyar, insan, mar’u, ins dan lain-lain. Kata “Basyar” dalam Al-Qur’an disebut 27 kali, memberikan referensi pada manusia sebagai mahkluk Biologis. Adapun acuan pendapat ini adalah surat Ali Imran [3]:47; Al-Kahfi[18]:110; Fushshilat [41]:6; Al-Furqan [25]:7; dan 20; dan Yusuf [12]:31.

Sebagai mahkluk biologis, manusia dapat dililhat dari perkataan Maryam kepada Allah: “Tuhanku, bagaimana mungkinaku mempunyai anak, padahal aku tidak disentuh basyar” (Ali Imran [31]:47).[1] Dan pertanyaan Maryampun terjawab, Nabi Muhammad SAW diutus Allah menegaskan bahwa secara biologis ia sepeti manusia lain. Allah berfirman, “Katakanlah,Aku (Muhammad saw) ini manusia biasa (basyar) seperti kamu,hanya saja aku diberi wahyu bahwa Tuhanmu adalah Tuhan yang satu”. (Q.S. al-Kahfi [18]:110 dan Fushshilat [41]:6).[1]

Manusia diciptakan Allah Swt. Berasal dari saripati tanah, lalu menjadi nutfah, alaqah, dan mudgah sehingga akhirnya menjadi makhluk yang paling sempurna yang memiliki berbagai kemampuan. Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal tanah dengan mempergunakan bermacam-macam istilah, seperti : Turab, Thien, Shal-shal, dan Sualalah. Hal ini dapat diartikan bahwa jasad manusia diciptakan Allah dari bermacam-macam unsur kimiawi yang terdapat dari tanah. Adapun tahapan-tahapan dalam proses selanjutnya, al-Quran tidak menjelaskan secara rinci.[1] Manusia yang sekarang ini, prosesnya dapat diamati meskipun secara bersusah payah. Berdasarkan pengamatan yang mendalam dapat diketahui bahwa manusia dilahirkan ibu dari rahimnya yang proses penciptaannya dimulai sejak pertemuan antara permatozoa dengan ovum.

Tentang Konsep Manusia ini sendiri menjadi perbincangan dikalangan Para ahli, dan untuk mencari makna manusia dilakukan melalui ilmu pengetahuan. Para ahli berusaha mendefenisikannya sesuai dengan bidang kajian (objek materia) ilmu yang digelutinya.[2] Membicarkan tentang manusia dalam pandangan ilmu pengetahuan sangat tergantung pada metodologi yang digunakan dan terhadap filosofis yang mendasari.

Para penganut teori behaviorisme menyabut manusia sebagai Homo Mehanicus (manusia mesin). Menurut teori ini segala tingkah laku manusia terbantuk sebagai hasil proses pembelajaran terhadap lingkungan.

Para penganut teori kognitif menyebut manusia sebagai homo sapiens (manusia berfikir). Menurut teori ini manusia tidak lagi dipandang sebagai makhluk yang beraksi secara pasif pada lingkungan,tetapi sebagai makhluk yang selalu berfikir.

Sedangkan para penganut teori humanisme menyebut manusis ssebagai homo ludens (manusia bermain). Menurut humanisme manusia berperilaku untuk mempertahankan, meningkatkan dan mengatualisasikan diri.
Konsep manusia dalam Al-Qur’an dipahami dengan memperhatikan kata-kata yang saling menunjuk pada makna manusia pada basyar,insan, dan al-anas. Seperti yang telah dipaparkan sedikit diawal tadi. Basyar adalah makhluk yang sekedar berada (being) yang statis seperti hewan.
Kata insan disebut dalam Al –Qur’an sebanyak 65 kali, Konsep insan selalu dihubungkan pada sifat psikologis atau spiritual manusia sebagai makhluk yang berfikir,diberi ilmu,dan memikul amanah (Al-Ahzab : 72). Insan adalah manusia yang menjadi (becoming) dan terus bergerak maju kearah kesempurnaan.
Kata al-anas disebut sebanyak 240 kali, Konsep al-anas menunjuk pada semua manusia sebagai makhluk sosial atau kolektif.
Degan demikian Al-Qur’an memangdang manusia sebagai makhluk biologis, psikologis, sosial. Manusia sebagai basyar tunduk kepada Allah,sama dengan makhluk lain. Manusia sebagai insan dan al-anas bertalian dengan hembusan roh Allah yang memiliki kebebasan dengan memilih untuk tunduk atau menentang takdir Allah.

D. Tujuan Penciptaan Manusia

Tujuan penciptaan manusia adalah untuk menyembah kepada penciptanya yaitu Allah. Pengertian penyembahan kepada Allah tidak boleh hanya diartikan secara sempit, dengan hanya membayangkan aspek ritual yang hanya tercermin dalam shalat saja. Pengertian penyembahan berarti ketundukan manusia pada Allah dalam menjalankan kehidupan dimuka bumi ini, baik yang menyangkut hubungan vertical (manusia dengan Tuhan) maupun horizontal (manusia dengan manusia dan alam semesta).[1] Dalam hukum Allah tentunya memuat berbagai macam peraturan yang mengatur kehidupan manusia dengan tujuan terciptanyan kehidupan yang adil, dami dan tentram.

Dalam Al-Qur’an surat Al-Dzariyat ayat 56-58 Allah berfirman, yang artinya:

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya ia menyembahku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikit pun dari mereka dan aku tidak menghendaki supaya mereka memberi aku makan. Sesungguhnya Allah, Dialah Maha Pemberi Rezeki yang mempunyai kekuatan lagi Sangat Kokoh”.

Ayat diatas sebagai bukti tentang keberadaan manusia di dunia yaitu untuk menyembah, mengapdi kepada Allah SWT. Bentuk pengapdian tersebut berupa pengkuan atas keberadaan Allah SWT dengan menjalankan perintah Allah dan menjahui larangannya. Sebagai bentuk mengakui keberadaan Allah dengan mengikuti rukun iman dan rukun islam. Selain itu dalam melakukan penyembahan kepada Allah harus dilakukan dengan hati yang iklas, karena Allah tidak membutuhkan sedikitpun sesuatu dari manusia.

keberadaan manusia didunia merupakan tanda kebesaran, kekuasaan Allah kepada hamba-hambanya.Allah dialah Tuhan yang menciptakan, menghidupkan dan menjaga kehidupan manusia. Dengan demikian manusia diciptakan untuk mengimani Allah SWT.[1] Selain itu penyembahan yang sempurna dari seseorang akan menjadikan dirinya sebagai khalifah Allah yang mengelola kehidupan di alam semesta. Keseimbangan alam dapat terjaga dengan tegaknya hokum-hukum yang Allah tegakkan.

  1. Fungsi dan Peranan Manusia

Pada Al-Qur’an QS 2 (al-Baqarah) : 30, Allah SWT berfirman yang artinya:

“Ingatlah ketika tuhanmu berfirman kepada para malaikat: sesungguhnya aku hendak menjadikanmu sebagai khalifah di muka bumi”, mereka berkata: mengapa engkau hendak menjadikan khalifah di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji engkau dan mensucikan engkau?”. Allah berfirman: “Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.

Dari ayat tersebut dapat diambil pengertian bahwa fungsi dan peranan manusia sebagai khalifah atau pemimpin dimuka bumi ini. Sehingga peran yang dilakukan sesuai ketetapan Allah, di antaranya yaitu:

1. Belajar (surat an-Naml : 15-16 dan al-Mukmin : 54)

Belajar tentunya membuat seseorang mengetahui banyak hal yang sebelumnya ia belum mengetahuinya. Belajar dinyatakan pada surat al-‘Alaq ayat 1 adalah mempelajari ilmu Allah dan ayat kedua dijelaskan juga yang termasuk ilmu Allah adalah al-Kitab. Jadi tidak lain ilmu Allah yang berwujud al-Qur’an dan ciptaanNya.[1]

2. Mengajarkan ilmu (al-Baqarah : 31-39)

Selain belajar khalifatullah juga harus mengajarkan ilmu yang didapat. Ilmu yang diajarkan tidak hanya ilmu yang dikarang manusia akan tetapi juga ilmu Allah yaitu al-Qur’an dan al-Bayan (ilmu pengetauan).[2] Dalam Al-Qur’an itu sendiri berisi berbagai aturan yang mengatur kehidupan manusia. Al-Qura’an digunakan sebagai pedoman hidup manusia, sehingga dengan mengajarkan al-Qur’an berarti mengajarkan cara hidup yang benar menurut Allah SWT.

3. Membudidayakan Ilmu (al-Mu’min : 35)

Ilmu yang sudah didapat tidah hanya disampaikan orang lain, tetapi yang utama ialah untuk diamalkan oleh diri sendiri terlebih dahulu sehingga membudaya seperti yang di contohkan oleh nabi SAW yaitu setelah diri sendiri dan keluarganya,kemudian teman dekatnya dan baru orang lain. Proses pembudidayaan ilmu Allah berjalan seperti proses pembentukan kepribadian dan proses iman. Tau, mau, dan melakukan apa yang diketahui.

Berdasarkan prinsip di atas, sebagai seorang khalifah, apa yang dilakukan tidak hanya untuk kepentingan diri sendiri atau hanya memikirkan diri sendiri, akan tetapi juga untuk kepentingan dan kebaikan semua umat manusia.

E. TanggungJawab Manusia sebagai Hamba Allah

Makna yang esensial dari kata ‘abf (hamba) adalah ketaatan, ketundukan, dan kepatuhan.[1] Ketaatan dan ketundukan dan ketaatan seorang manusia sebagai hamba hanta ditujukan, diberikan kepada Allah. Kepatuhan kepada Allah ditunjukkan dengan selalu mematuhi perintahNya dan menjahui laranganNya.

Seorang hamba Allah mempunyai tanggung jawab terhadap keluarga. Tanggung jawab terhadap keluarga merupakan lanjutan dari diri sendiri yang dalam al-Qur’an dinyatakan dengan quu anfusakum waahlikum naaran (jagalah dirimu dan keluargamu, dengan iman, dan api neraka.)[2]

Allah SWT dengan kehendak kebijaksanaanNya telah menciptakan makhluk-makhluk yang di tempatkan di alam penciptaanNya. Manusia di antara makhluk Allah dan menjadi hamba Allah SWT. Sebagai hamba Allah tanggungjawab manusia sangat luas meliputi semua kewajibannya, yang dalam ajaranNya menurut sunah rasul, memerintahkan hamba-Nya untuk berlaku adil dan ihsan. Dengan demikian seorang hambabertanggung jawab dalam menegakkan keadilan untuk diri sendiri maupun keluarga.

F. Tanggung jawab Manusia Sebagai Khalifah Allah

Al-Qur;an telah menjelaskan bahwa manusia diciptakan didunia ini adalah sebagai khalifah atau wakil-Nya dalam pengertian ia memperoleh mandat dari Allah untuk mewujudkan kemakmuran dimuka Bumi.[1] Dengan ini manusia berkewajipan menegakkan kebenaran, kebaikan, mewujudkan kedamaian, menghapuskan kemungkaran serta penyelewengan dan penyimpangan dari jalan Allah.

Firman Allah SWT :

Artinya :

Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat: Sesungguhnya Aku jadikan di bumi seorang Khalifah. Berkata Malaikat: Adakah Engkau hendak jadikan di muka bumi ini orang yang melakukan kerusakan dan menumpahkan darah, sedangkan kami sentiasa bertasbih dan bertaqdis dengan memuji Engkau? Jawab Allah: Aku lebih mengetahui apa yang kamu tidak ketahui.”

(Al-Baqarah:30)[2]

Di kalangan makhluk ciptaan Allah, manusia telah dipilih oleh Allah melaksanakan tanggungjawab tersebut. Ini sudah tentu kerana manusia merupakan makhluk yang paling istimewa.

Firman Allah SWT :

Artinya :

Sesungguhnya Kami telah kemukakan tanggungjawab amanah (Kami) kepada langit dan bumi serta gunung-ganang (untuk memikulnya), maka mereka enggan memikulnya dan bimbang tidak dapat menyempurnakannya (kerana tidak ada pada mereka persediaan untuk memikulnya); dan (pada ketika itu) manusia (dengan persediaan yang ada padanya) sanggup memikulnya. (Ingatlah) sesungguhnya tabiat kebanyakan manusia adalah suka melakukan kezaliman dan suka pula membuat perkara-perkara yang tidak patut dikerjakan.”(Al-Ahzab: 72)[3]

BAB III

PENUTUP

 A. Kesimpulan

Manusia ialah makhluk ciptaan Allah yang luar biasa. Pada hakekatnya, manusia adalah makhluk Allah yang paling sempurna di bumi dengan segala kelebihan akal, hati nurani dan daya pikir serta memiliki kemampuan untuk mengelola segala macam karunia dari Allah di bumi ini. Akan tetapi manusia juga sebagai makhluk social yang tidak di pungkiri dalam menjalankan kehidupannya pasti memerlukan bantuan orang lain.

Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah tentunya harus tunduk dan patuh terhadap segala peraturan Allah, menjalankan perintahNya dan menjahui segala laranganNya. Karena pada dasarnya semua peraturan yang Allah ciptakan untuk mengatur segala kehidupan bertujuan untuk menciptakkan kehidupan yang damai, tentram dan membahagiakan.

Manusia dalam islam memiliki peran dan fungsi yaitu sebagai khalifah serta tanggung jawab sebagai hamba Allah yang harus selalu tunduk kepadaNya dan tanggung jawab sebagai khalifah.

 

Daftar Pustaka

Mansoer, Hamdan, dkk, Materi Instruksi Pendidikan Agama Islam Di Perguruan Tinggi Negeri Umum, Jakarta: Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam Departeman Agama RI, 2004.

Abdurrahman, dkk, Pendidikan Agama Islam, Bangkalan: Pustaka Raja, 20

 

http://ardianyudha.blogspot.com/2012/11/hakikat-manusia-dalam-islam.html

 

http://deniz.ucoz.com/news/eksistensi_martabat_manusia_pelajaran_agama/2009-10-29-26

 

http://www.tugasku4u.com/2013/05/makalah-hakikat-manusia-menurut-islam.html?=1

 

 

 

 

 

 

[1] Ibid.hlm 64

 

Tinggalkan komentar